Selasa, 10 Januari 2012

etika


me with my brother

ith my brother again

teori belajar

BAB II
TEORI DESKRIPSI DAN TEORI PRESKRIPTIF
Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya memerikan proses belajar, sedangkan tepori pembelajarn adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran


A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Indikator keberhasilan belajar yang diharapkan adalah anda dapat menjelaskn :
1. Pengertian teori deskriptif dan teori preskriptif
2. Proposisi teori deskriptif dan teori preskriptif
3. Kedudukan teori belajar dan teori pembelajaran dalam teori deskriptifdan teori preskriptif
B. Uraian Materi
1. Teori deskriptif dan teori preskriptif
Bruner (dalam Degeng, 1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian.
Upaya dari bruner untuk membedakan antara teori belajar yang deskriptif dan teori pembelajaran yang preskriptif dikembangkan lebih lanjut oleh reigeluth dan kawan-kawan, bahwa

“principles and theories of instructional design may be stated in either a descriptive or prescriptive from”. Teori-teori dan pripsip-pripsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai gives, dan menempatkan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati.Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Sedangkan metode pembelajaran ditempatkn sebagai variabel tergantung. Hubungan antara varibel inilah yang menunjukan perbedaan antara teori pembelajaran yang deskriptif dan preskriptif. Teori preskriptif adalah goal orianted, sedangkan teori deskriptif adalah goal free (Reigeluth, 1983; Degeng, 1990). Maksudnya adalah teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai hasil, sedangakan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya, variabel yang di amati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang perskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapi tujuan. Sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang deskriptif, variabel yang diamati adalah hasil belajar sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi.
Hasil pembelajaran yang di amati dalam pengembangan teori preskriptif adalah hasil pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes)yang telah ditetapkan lebih dulu, sedangkan dalam teori deskriptif, yang diamati adalah hasil pembelajaran yang nyata (actual autcomes) dalam pngertian probabilistik, hasil pembelajaran yang mungkin muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil pembelajaran yang mungkin muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil pembelajaran yang diinginkan.

2. Proposisi teori Deskriptif dan Teori Preskriptif
Perbedaan teori deskriptif dan preskriptif. Proposisi untuk teori deskriptif mengunakan struktur logis “Bila…., Maka …..”, sedangkan untuk teori preskriptif mengunakan struktur “Agar….., lakukan ini”(Landa dalam degeng 1990) .Dalam proposisi teoritik yang pertama (teori deskriptif), model pengorganisasian pembelajaran (model elaborasi) ditetapkan sebagai perlakuan, di bawah kondisi karakteristik isi pelajaran,untuk memberikan perubahan utuk kerja(actual outcomes), berupa peningkatan perolehan belajar dan retansi. Dalam proposisi teoritik yang kedua (teori preskriptif), peningkatan perolehan belajar dan retensi ditetapkan sebagai hasil pembelajaran yang di inginkan, dan model elaborasi yang ,merupakan salah satu model untuk mengorganisasian isi/materi pelajaran, mempuyai peluang menjadi metode yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan.
3. Teori Belajar dan Teori Pembelajaran Kaitannya Dengan teori Deskriptif dan teori preskriptif
Teori belajar juga ada yang bersifat deskriptif atau preskriptif(Reigeluth dalam Degeng, 1989). Berikut perbedaan antara teori belajar preskriptif dan teori pembelajaran preskriptif

Teori belajar preskriptif :
Agar retansi meningkat, maka kaitkan pengetahuan baru yang dipelajari pada struktur kognitif yang telah dimiliki.

Teori pembelajaran preskriptif :
Agar retansi meningkat, maka mulailah pembelajaran dengan menampilkan kerangka isi/materi pelajaran, brukemudian secara bertahap mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam kekangka isi tersebut dan secra tetap mengkaitkan setiap tahapan elaborsi pada kerangka isi.
Dijelas oleh Landa (dalam Degeng ,1989) bahwa “ The major difference between them (instructional theory and learning theory) is that instructional theories….deal with relatianships between teacher'----or teaching ----actions as causes and students’psychologicaland/ or behavioral processes as effects (outcomes),whereas learning theories…..deal with relatioanshipbetween learners---or learning----actioan as cause and psychological or behavioral processes as effecfs(outcomes)
Dngan kata lain, teorinpembebelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-proses psikologi dalam diri si belajar, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan si belajar dengan proses-prose psikologi dalam diri si belajar.




















BAB III
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN
PENERAPANYAN DALAM
PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini dihaharapkan dapat memiliki kemampuan untuk mengkaji hakekat belajar menurut teori belajar behavioristik dan menerapkanya dalam kegiatann pembelajaran.
B. Uraian Materi
1. Pengertian belajar menurut pandangan behavioristik
Menurutb teori ini, belajar adalah perubahan tingkahlaku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus A respon. Seseorang di angap telah belajar jika ia dapat menunjukan perubahan tingkahlakunya, sebagai contoh anak belum dapat berhitung perkalian .. jika anak tersibut sudah dapt berhitung maka anak itu dapat mempraktekan(menghitung perkalian)
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang situmulus dan keluaran atau autput yang berupa respon, dalam contoh di atas stumulu adalah apa saja yang diberikan guru sisiwanya.contohnya perkalian. Sedangkan respon adalah reaksi atau tangapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik ini terjadi diantara stimulus dna respon tidak penting diperhatikan karena tidak dapat di amati, yang dapat di amati hayalah styimulus dan respon yaitu aapa saja yang dibrikan oleh gurudan apa saja yang di hasilkan oleh siswa(respon)
Faktor lain yang diangap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan. Penguatan adalah yang dapat memperkut timbulnya respon.bila respon di tambahkan maka respon akan semakin kuat, begitupun bila pebguatan di kurangai respon akan tatap dikuatkn.
Takoh-tokoh aliran behavioristik adalah Thomdike, wakson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
2. Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar sperti pikiran, persaan , atau hal lain yang dapat ditangakap melaui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang di munculkan pesertadidik ketika belajar yang juga dapat berupa pikiran , perasaan , atau tindakan , dan dari definisi di atas menurut Thorndike perubahan tingakah laku dari kegiatan belajar itu berwujud kongkrit yaitu yang diamati dan yang ditak dapat diamati. Teori thornkdike juga disebut sebagai aliran kneksionesme.

3. Teori Belajar Menurut Watson
Watson adalah seorang tokoh aliranbehafioristik yang datang sesudah thorndike. Menurutnya belajar adalah interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkahlaku yang dapat diamati (observabel) dapat diukur.
Watson adalah seoarang behavioris murni karena kajiannya tentang belajar disejajarkan disejajarkan degan ilmu-ilmu lain seperti fisika dan biologiyang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata yaitu sejauh dan dapat diamati dan diukur. Asumsinyan bahwa dengan demikianlah maka akan dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar, para tokoh behavioristik cenderung untuk dapat memperhatikan hal-hal yang tidak dapat di ukur dan tidak dapat diamati.

4. Teori Belajar Menurut clark hull
Clark hull juga mengunakan variabel hubungan antara stimulus dan responuntuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sagat berpengaruh terhadap teori yang dikembangkan oleh charles. Menurut hull semua tingkahlaku bermanfaat untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.
Oleh sebab itu teori hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,sehinga stimulus dan belajarpun hampir salalu dikaikan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam.

5. Teori Menurut Edwin Guthrie
Demikian juga dengan Edwin Guthrie ,ia juga mengunakan variabel hubungan stimulus dan respon dalam kaitanya dengan prose belajar. Namun ia juga mengemukakan bahwa stimulus tidakharus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis seperti yang dikemukakan oleh hull ia haya berasumsi bahwa stimulus dan respon hanya bersifat sementara sehinga dalam kegiatan belajar Guthrie juga percaya bahwa hukuman memegang permanen penting dalam proses belajar hukuman yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan prilaku seseorng.
6. Teori Belajar Menurut sekiner
Konsep-konsepnya tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep dari tokoh-tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukankonsepnya tentng belajar secara koperensip. Dikatakannya bahwa respon yang diberikan oleh siswa tidaklah sederhana seperti yang digambarkan oleh tokoh-tokoh sebelumnya, sebab pada dasrnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseoranmg akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan.
Teori behavioristik banyak dikeritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi . sekedar hubungan stimulus dan respon .
Skiner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan belajar. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif cenderung membatasi siswa untuk berfikir bebas dan berimajinasi,
Menurut Guthrie hekuman memenag peranan penting dalam prose belajar, namun ada beberapa alasan mengapa skiner tidak sependapat dengan Guthrie yaitu :
1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara
2. Dampak psikologis yang buruk akan berkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) biloa hukuman berlangsung lama
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah benar) agar ia terbebas dari hukuman.

C. Amplikasi Teori Behavioristik Dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar sanghat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dari praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
Tuujuan pembelajaran menurut behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetik”, yang menerut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukan oleh Siciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Langkah-langklah tersebut meliputi :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mmengindentifikasi pengetahuan awal (entri beehavior) siswa.
3. Menentukan materi pembelajaran.
4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik,dsb.
5. Menyajikan materi pembelajaran.
6. Memberikan stimulus, dapat berupa : pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/kuis, latihan, atau tugas-tugas.
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa.
8. Memberikan penguatan/reinforcement(mugkin penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataunpun hukuman.
9. Memberi stimuluis baru.
10. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan sisiwa.
11. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
12. Demikian serterusnya.
13. Evaluasi belajar.







BAB IV
TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPAN
DALAM PEMBELAJARAN

 Teori Belajar Menurut Teori kognitif
Teori belajar konitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar, berbeda dengan teori behavioristik. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Model belajar kognitif menghatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar.
Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retansi,pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspekkejiwaan lainnya. Dalam prkatek pembelajarn, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan, tahap-tahap perkembangan.
 Teori Perkembangan piaget
Menurut piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan ats mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatun yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usian akan berbeda pula secara kualitatif. Dan juga ia harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
Proses adaptasi mempuyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adlah proses perubahan apa yang dipahami sesuiamdengan struktur kognitif yang ada sekarang,sementara akomodasi adalah proses perubahan st ruktur kognitif sehingga dapat dipahami.Menurut piaget,proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahapasimilasi,akomodasi,dan ekuilibrasi(penyeimbangan).Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannyasekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya,maka diperlukan proses penyeimbangan.Prosaes penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya.Proses inilah yang disebut ekuilibrasi.Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu:
a.Tahap sensori motor (umur 0-2 tahun )
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.Kwmampuan yang dimilikinya antara lain :
1) Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek
2) Mencari rangsangan dari sinar lampu dan suara.
3) Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
4) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
5) Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap,lalu ingin merubah tempatnya.
b.Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun )
Karakteristik tahap ini (2-4 tahun)adalah :
1) Self counternya sangat menonjol
2) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
3) Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda.
Karakteristik tahap ini(2-7/8 tahun) adalah :
1) Anak dapat membentuk kelas-kelas
2) Anak mulai mengetahui hubungan secara logisterhadap hal-hal yang lebih kompleks.
3) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide
4) Anak dapat memperoleh prinsip-prinsip secara benar.
c.Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 tahun atau 12 tahun )
Ciri-ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan dan kecakapan yang jelas dan logis,akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.Namun tarf berfikirnya sudah dapat dikatakan maju.Untuk menghindari keterbatasan berfikir anak perlu diberi gambaran konkret,sehingga ia mampu menela’ah persoalan.Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memilki masalah mengenai berfikir abstrak.
d.Tahap operasional formal (umur 11/12 – 18 tahun )
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis dengan mengguinakan pola berfikir “kemungkinan”.Pada tahap ini kondisi berfikir anak sudah dapat :
1) Bekerja secara efektif dan sistematis
2) Menganalisis secara kombinasi.
3) Berfikir secara profesional
4) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.
C.Teori belajar menurut Bruner
Jerome Bruner (1966) adalah seorang pengikut setia teori kognitif,khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif.Dalam memandang proses belajar,bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang.Dengan teorinya yang disebut free discovery learning,ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,teori,aturan,atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai pada kehidupannya.Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui 3 tahap yaitu:
1) Tahap enaktif,seorang anak melakukan aktivitas untuk memahami linhkungan sekitarnya.
2) Tahap ikonik,memahami dunianya melalui gambar –gambar dan visualisasi verbal.
3) Tahap simbolik,seorang anak telah mampu memiliki ide-ide.
Menurut Bruner,perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap-tahap perkembangan orang tersebut.Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep,arti,dan hubungan,melalui proses intuitifuntuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan(discovery learning).
D.Teori belajar bermakna ausubel
teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsesepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitifyang telah dimiliki siswa yang paling awal mengemukakan konsen ini adalah Ausubel. Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke kusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disbut sebagai subsumptive sequence menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa.
Advance organizers yang dikemukakan oleh ausubel merupakan penerapan konsepsitentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka yang berbentuk abstrak atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari, jika di tata dengan baik, advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif sperti yang dikemukan oleh ausubel tersebut, dikembangkan oleh para pakar kognitif suatu model yang eksplisip yang disbut dengan skemata. Sekamata memiliki fungsi ganda yaitu :

1. Sebagai sekema yang mengambarkan organisasi pengetahuan.
2. Sebagi kerangka untuk menggaitkan pengetahuan baru.
Sekemata memiliki fungsi asimilatif. Artinya, bahwa skemata berfungsi untuk mengasimilasikan pengetahuan baru kedalam herarhi pengetahuan, yang secara propresif lebih rinci dan spesifik dalam setruktur k.ognitif seseorang. Dengan kata lain skemata yang dimiliki oleh sesorang menjadi penentu utama terhadap penggetahua apa yang akan dipelajari orang tersebut.
Berdasrkan konsepsi diatas, mayer(dalam degeng, 1993) mengunakan pengurutan asimilatif yaitu mulai dengan menyajikan informasi-informasi yang khusus dan spesifik.
Reigeluth dan Stain (1983) mengatakan skemata dapat di modifikasi oleh pengetahuan baru sedemikian rupa sehinga menghsilkan makna baru. Anderson (1980) Tennyson(1989) mengatkan bahwa pengetahuan yang telah dimiliki individu selanzutnya berfungsi sbagai dasr pengetahuan bagi masing-masing individu

Beberapa pemikiran kearah penataan isi bidang studi sebagi strategi pengorsasian isi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif, dikemukan secara singkat (degeng , 1989) :

A. Hirarki belajar
B. Analisis tugas
C. Subsumptive sequence
D. Kurikulum spiral
E. Teori sekema
F. Webteaching
G. Teori eleborasi

 Amplikasi Teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori kognitifini sudah byak digunaka. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagimekaniostis sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behvioristik. Keterlibatan dan kebebasan siswa dalam pembelajaran sangat diperhitungkan

Ketiga tokoh alirann diatas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan secara aktif dalam belajar. Meneurut piaget, hanya dengan mengatifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan, pengalaman akan berjalan dengan baik. Sedangkan bruner lebih lebih banyak memeberikan kebebbasan kepada siswa untuk belajar sendri melakukan aktifitas menemukan(diskovery).






BAB V

TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVITIS
DAN PENERAPAN DALAM
PEMBELAJARAN
1. KARAKTERISTIK MANUSIA MASA DEPAN YANG DIHARAPKAN
Mampu melakukan kalaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya( Raka Joni, 1990) langkah strategis adnya lyanan ahli pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi pendekatan cara belajar siswa aktif didalam pengelolaan belajar mengajar yang mengakui santralitas peranan siswa didalam prose belajar, adalah landasan yang kokoh bagi terbentuknya manusia-manusia masa depan.
Peilihan-pilhan tersebut bertolak dari kajian-kajian kritikal dan empirit di samping pilhan masyarakat ( Raka joni, 1990). Penerapan ajaran tutwuri handayani merupakan wujud nyata yang bermakna bagi wujud manusia yang memberikan aspek strategis pendfekatan yang tepat ketika individu belajar. Kajian belajar konstrutivistik dalam kegiatan belajar memungkinkan menuju kepada tujuan tersebut.
2. Konstuksi Pengetahuan
Menurut penedekatn kontruktivistik, pengethuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungan. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembetukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karen ada pemehaman-pemahaman baru.
Proses mengkontruksi pengetahuan manusia dapat mengunakan sesesuatu dalam indranya .melalui interaksinya dalam objek dan lingkungannya, misalnya dengan melihat, mendegar, menjamah, pembau atu merasakan sesorang dapat mengetahui sesuatu.Von Galserfeld( dalam paul, S., 1996) mengemekakanbeberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkontruksi pengetahuan, yaitu ;
1. Kemampuan Mengigat dan mengungkapkan kembali pengalaman
2. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan
3. Kemampuan untuk menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya.

3. Proses belajar Menurut Teori Kontrustivis
Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan yang unik yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun luar kelas.
4. Perbandingan pembelajaran tradisional behavioristik dan pembelajaran kontruktivistik
Alternatif-altrnatif perbedaan interpretasi di antara siswa terhadap penomena sosial yang komplek tidak dipertimbangkan. Pengajaran didasarkan pada gagasan atau konsep-konsep yang sudah di anggap pasti atau baku, dan siswa harus memahaminya.



Pembelajaran tradisional Pembelajaran konstuktivistik
1. Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar. 1. Kurikulum disajikan mulai dari bagian-bagian, dan lebih mendekatakan pada konsep-konsep yang kebih luas.
2. Pembelajaran sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan 3. Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa
4. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja 2. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan






















BAB VI
TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN
PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN
1. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan di tujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri, oleh sebab itu teori belajar humanistik sifat nya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dan pada bidang kajian psikologi belajar.
Dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “ meaningful learning” yang juga terolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang di pelajari diasimilasikan dan dan di hubungkan dengan pengetahuan yang telah di miliki sebelumnya.
Manusia adalah mahluk yang komplek. Banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatian. Banyak tokoh penganut aliran humanistik, di antarannya adalah kolb yang terkenal dengan “ Belajar Empat Tahap” nya , hunay dan Mumford dengan pembagian tentang macam-macam siswa, hubermas dengan “ tiga macam tipe belajar"nya, serta Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan “Taksonomi Bloom”nya.
2. Pandangan Kolb terhadap Belajar
Pada tahap belajar awal seorang siswa dapat mengalami suatu peristiwa,ia dapat merasakan dan dapat menceritakannya namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakikat peristiwa tersebut.Dengan kata lain siswa belum dapat memahami mengapa terjadi,dan bagaimana peristiwa itu terjadi.
a. Tahap pengamatan aktif dan reflektif
Selanjutnya siswa mulai mencari jawaban atas kejadian tersebut,ia mulai mampu melakukan observasi secara aktif.
b. Tahap konseptualisasi
Tahap berikutnya seorang siswa mampu berupaya membuat abstrak,mengembangkan suatu teori tentang sesuatu yang menjadi objeknya.
c. Tahap eksperimentasi aktif
Tahap terakhir dari proses belajar adalah melakukan eksperimentasi secara aktif.pada tahap ini siswa sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep dan teori-teori.
3. Pandangan Honey dan mumford terhadap belajar
Mereka menggolongkan orang yang belajar kedalam 4 macam yaitu :
a. Kelompok aktifis
Orang –orang yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman baru.Orang-orang tipe ini mudsh diajak berdialog,memiliki pemikiran terbuka.
b. Kelompok reflektor
Ini lawan dari kelompok aktifis,Orang-orang tipe ini dalam me;lakukan tindakan sangat hati-hati dan penuh pertimbangan.Orang-orang demikian tidak mudah dipengaruhi,sehingga mereka cendrung bersifat konservatif.
c. Kelompok teoris
Kelompok ini cendrung sangat kritis,suka menganalisis,selalu berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya.Orang dengan tipe ini lebih tegas dan mempunyai pendirian yang kuat.
d. Kelompok pragmatis
Berbeda dengan tipe ini,mereka memilki sifat-sifat yang praktis,tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori.Bagi mereka,sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
4. Pandangan Habermas terhadap belajar
a. Belajar teknis (technical learning)
Yang dimaksud belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
b. Belajar praktis (practical learning)
Dimaksud belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
c. Belajar emansipatoris (emancipatori learning)
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi.
5. Pandangan Bloom dan Krathwohl ternyta Belajar
a. Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu
1. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2. Pemhaman (menginterpretasikan)
3. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
4. Analisis
5. Sistesis
6. Evaluasi
b. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu :
1. Peniruan
2. Penggunaan
3. Ketepatan
4. Perangkaian
5. Naturalisasi
c. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu :
1. Pengenalan
2. Merespon
3. Penghargaan
4. Pengorganisasi
5. Pengalaman
3. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam kegiatan pembelajaran
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas. Kegiatan pembelajaran yang di rancang secara sistamatis , tahap-demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara aksplisit dan dapat di ukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan secara pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa.
Langkah –langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b) Menentukan materi pembelajaran
c) Mengidentifikasi kemampuan awal
d) Mengidentifikasi topik-topik pelajaran
e) Merancang fasilitas belajar
f) Membimbing siswa belajar secara aktif
g) Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya
h) Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
i) Membimbing siswa dalam mengaplikasikannya konsep-konsep baru kesituasi nyata
BAB VI1
TEORI BELAJAR SIBERNERTIK DAN
PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
1.Teori belajar menurut teori sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolaan informasi. Teori ini seolah-olah mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, namun dalam teori ini yang terpenting adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
2.teori pemrosesan informasi
Berpijak pada tiga asumsi yaitu :
a. bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi yang membutuhkan sejumlah waktu tertentu
b. stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akanmengalami perubahan bentuk dan isinya.
c. salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol ).
a) Sensory receptor
SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar,didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya,informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat.
b) Working Memory(WM)
Karakteristi WM adalah :
 Ia memiliki kapasitas yang terbatas,lebih kurang 7slots
 Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
c) Long Term Memory(LTM)
Di asumsikan :
 Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu
 Mempuyai kapasitas tidak terbatas
 Bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang
Berpijak pada kajian di atas reigeluth, Bunderson dan merrill(197 mengembangkan suatu srategi penataan isi atau materi pelajaran yang berurusan dengan 4 bidang masalah, yaitu: pemilihan , penataan urutan, rangkuman dan sintesis. Ada tujuh komponen strategi teori elaborasi yang dikembangkan oleh Reigeult dan Stein yang berpijak pada kajian tentang teori pemmerosesaninformasi(Degeng, 1998), yaitu : urutan elaboratif, urutan prasyaratan belajar, rangkuman, sintesis, analogi,pengakti strategikognitif, kontrol belajar, sedangkan prinsip yang melandasi model elaborasi meliputi :
 Penyajian kerangka isi pelajaran
 Elaborasi secara bertahap
 Bagian terpenting disajikan pertama kali
 Cakupan optimal elaborasi
 Peyajian persentasis secara bertahap
 Pennyajian persintesis
 Tahapan pemberian rangkuman

3. Teori Belajar Menurut Landa
Ia menyatakan yaitu proses berfikir algoritmikndan proses berpikir heoristik proses berpikir algoritmik adalah proses berfikir yang sistematis , tahap demi tahap, liniar, konvergen, lurus menuju kesatu target tujuan tertentu. Contoh kegiatan algoritmik yaitu kegiatan menelpon.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalahyang hendak di pecahkan ( dalam istilah teori sibernetik adalah sintem informasi yang hendak di pelajari ) diketahuai ciri-cirinya .materi pelajaran tertentu akan lebih tepat di sajikan dalam urutan yang teratur, linear, sekuensial, sedangkan materi pelajaran hannyan akan lebih tepat disajikan dalam bentuk “terbuka” dari memberi kebebasan kepada siswa berimajinasi dan berfikir.
4. Teori Belajar Menurut Pask dan scott
Ada dua macam cara berpikir , yaitu cara berpikir serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algeoritmik. Namun apa yang dikatakan sebagai cara berpikir heuristik. Bedanya cara berpikir yang cenderung melompat kedepan langsung kegambaran lengkap sebuah sistem informasi.
Prisip-prinsip belajarnya seperti :
 Proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna
 Proses mental tesebut mampu menyandi informasi secara bermakna
 Proses mental bermuara pada pengorganisasian dan pengaktualisasian informasi.
Amplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran
Teori gagne dan Briggs mempreskripsikan adanya : kapasitas belajar, peristiwa pembelajaran, pengorganisasian / urutan pembelajaran, mengenai kapabilitas belajar. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran yang diasumsikan sebagai cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah :
1. Menarik perhatian
2. Memberitahukan bimbigan belajar
3. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
4. Merangsang ingatan pada prasyarat belajar
5. Menyajikan bahan perangsang
6. Mendorong untuk kerja
7. Memberikan balikan informatif
8. Menilaimuntuk kerja
9. Meningkatkan retansi dan alih belajar
Pergorganisasian pembelajaran untuk kapabilitas belajar tertentu sebagai berikut :
1. Pengorganisasian pembelajaran ranah keterampilan intelektual
2. Pengoganisasian pembelajaran ranah informasi verbal
3. Pengorganisasian pembelajaran ranah setrategi kognitif
4. Pengorganisasian pembelajaran ranah sikap
5. Pengoganisasian pembelajaran ranah keterampilan motorik
Dengan demikian aplikasi teori sibernik dalam kegiatan belajar pembelajaran yang dikemuka oleh suciati dan prasetya irawan(2001) baik diterapakan dengan langkah-langkah sbg :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menetukan materi pembelajaran menkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
3. Menetukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)
4. Menyusun materi pelajaran dalam ukuran yang sesuai dengan sistem informasi

BAB VIII
TEORI BELAJAR REVOLUSI- SOSIOKULTURAL
DAN PENERAPANYA DALAM PEMBELAJARAN
1. Teori belajar piagetran
Menerut piagetran , perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik , yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan sistem saraf. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman dan kedewasaan akan terjadi melalui tahap-tahap perkembngan tertentu . piaget membagi tahap-tahapan perkembangan kognitif menjadi 4(empat ) tahap :
1. Tahap sensorimotor.
2. Tahap praoperasional .
3. Tahap operasional kongkret.
4. Tahap operasianal formal.
Bila dicermati ada beberapa aspek dari teori piaget yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduktif pada kegioatan pembelajaran. Jika dilihat dari perspektif revolusi struktural saat ini (supratikya, 2000). Bila dilihat dari locus of cognitive devolopment atau asal usul pengetahuan, piaget menganut teori psikogenesisi. Artinya pengetahuan berasal dari dalam diri individu. Dalam proses belajar, siswa terdiri terpisah dan berinteraksi dengan lingkugan sosial. Ia mengkonstruksikan pengetahuannya lewat tindakan yang didlakukan nya terhadap lingkungan sosial. Daniel, tweed dan lehman ( dalam supratiknya, 2002,27) mengatakan bahwa teori belajar semacam ini lebih mencerminkan ideologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat, “self-gen-erated knowledge” atau “ induvidualistic pursuit of truth” yang dipelopori oleh Sokrates
Disamping itu, dalam kegiatn piaget lebih mementingkan interaksi antara siswa dan kelompoknya. Perkembngan kognitif akan terjadi interaksi antara siswa dengan sebayanya dari pada dengan orang-orang yang lebih dewasa. Pembeneran terhadap teori piaget ini jika di diterapkan dalm kegiatan pendidikan dan pembelajaran akan kurang sesuia dengan perspektif revolusi-sosiokultural yang sedang di upayakan saat ini.

2. Teori belajar Vygotsky
Teori belajar ia mengatakan bahwa jalan pikirn sesorang harus dimenmgerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya. Maka, teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya , perkembangan kognitif sesorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosisal yang aktif pula.
Konsep-konsep penting teori sosiogenesis vygotsky tentang perkembangan kognitif yang sesui dengan revolusi sosiokultural dalam teori belajar dan pembelajaran adalah hukum genetik tentang perkembangan (denetic law of devalopment), zona perkembangan proksimal ( zone of proximal development), dan mediasi.

a. Hukum genetik tentang perkembangan ( gentic law of development)
Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor perimer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang.
Pemaknaan dalam sosial bermuncul atau terjadi melaui proses internalisasi yang bersifat trasformatif, yaitu mampu memmunculkan perubahan dan perkembangan yang tidak sekedar berupa tersfer atau pengalihan. Maka berkembang merupakam stu kesatuan dan saling menentukan.


b. Zona Perkembangan proksismal(zone of proximal development)
Zona perkembangan proximal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada pada proses pematangan.
Gagasan vygotsky tentang zona perkembanga proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan pembelajkaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak.beberapa konsep kunci yang perlu dicatat adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling keterkait, perkembangan kemampuan seseorang bersifat context devendent atau tidak dapat dipisahkan dari kontek sosial, dan berbagai bentuk fundamental dalam belajar adalah partisi dalam kegiatan sosial. Orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten perlu membantu dengan berbagai cara contoh, menarik kesimpulan , menarik feedback, dan sebagainya, dalam rangaka perkembangan kemampuanya.

c. Mediasi
Ada dua jenis mediasi yaitu mediasi metagonitif dan kognitif mediasi metagkognitif adalah pengunaan alat-alat simrotik yang bertujuan untuk melakukan self regultion, atau regulasi diri, meliputi self- planning , self monitoring , self cheeking, dan self- evaluating mediasi ini berkembang dalam komonikasi pribadi . mediasi kognitif adalah pengunaan alat-alat kognitig untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subjek domain problem.
Menurut Vygotsky, untuk membentuk anak mengembangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakana dengan cara memadukan antara konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek
Bedasarkan teori Vygotsky di atas , maka akan di peroleh keuntungan jika :
a. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melaui belajar dan berkembang.
b. Perkembangan perlu lbih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensional daripada tingkat perkembangan oktualnya
c. Pembelajaran lebih dikaitkan pada pengunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intra mentalnya.
d. Anak diberi kesempatan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah di pelajari dengan pengetahuan prrosedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transfesal tetapi lebih mengutamakan kokonstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makana baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.



C. Amplikasi Teori pembelajaran Revolusi –sosiokultural dalam pembelajaran.

Gagasan Vygotsky mengenai recontruction of knowledgein social setting bila di terapkan guru perlu memperhatikan hal-hal berikut : pada setiap perencaaan dan implementasikan pembelajaran perhatian guru harus dipusatkan kepada kelompok anak yang tidak dapat memcahkan masalah belajar sendiri, yaitu mereka yang hanya selva probel with help.guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak agar merekas dapat memecahkan permaslahan ynag dihadapi.
Bimbingan orang dewasa atau oleh temen sebayanya yang baik kompoten bermanfaat untuk memahami alat-alat simiotik, seperti : bahasa, tanda, lambang-lambang,. Anak memngalami proses internalisasi yang selanjutnya alat-alat ini berfungsi sebagai mediator bagi proses-proses psikologis lebih lanjut dalam arti anak.
Dengan pengkonsepsian kesiapan belajar demikian maka pemahaman tentang karakteristik siswa yang berhubungan dengan sosiokultural dan kemampuan awalnya sebagai pijakan dalam pembelajaran perlu lebih dicermati artikulasinya , seginga dapat dihasilkan perangkat lunak pembelajaran yang benar-benar menantang namun tetap produktif dan kreatif




BAB IX
TEORI KECERDASAN GANDA DAN
PENERAPANNYA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pentingnya Mengembangkan Keterampilan hidup
Kehidupan masyarakat dunia semakin berubah , dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri. Dan sekarang sekarang sudah berada di masyarakat informasi. Proses pendidikan pada masyarakat pertanian terpusat pada guru, sedangkan masyarakat industri terpusat pada kurikulum, pada masyarakat informasi, proses pembelajaran terpusat pada siswa atau pesertadidik dan hasil belajarnyapun oleh komonikasi interaktif
Upaya untuk melakukan intentivikasi dan ekstensifikasi keterampilan ini sangat mendesak. Hal ini disebabkan lulusan sekolah umum khususnya SMA tidak dapat melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.pembelajaran satu arah berorientasi pada keinginan guru dan kurikulum,dan cendrung sangat skolastik dengan mengutamakan prestasi akademik saja perlu dikaji ulang,karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat.pembelajaran satu arah selalu menekankan pada aspek skolastik yang akan menghasilkan generasi muda yang kurang berinisiatif.

B. Teori Kecerdasan Ganda
Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner adalah :
a) Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasan
b) Kecedasan selain dapat berubah pula diajarkan dengan orang lain
c) Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul dibagian-bagian yang berbeda pada sistem otak
d) Pada tingkat tertentu kecerdasan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan didalam l;atar budaya tertentu. Penelitian mengindentivikasi ada macam kecerdasan manusia dalam memahami dunia nayta, kemudian diikuti oleh tokoh-tokoh lain dengan menambahkan dua kecerdasan lagi, sehingga menjadi 10 macam kecerdasan.
a. Kecerdasan verbal/bahasa (verbal linguistic intelligence)
b. Kecerdasan logika/matematik( logical mathematical intelligence)
c. Kecerdasan visual /ruang( visual/ spatial intelligence)
d. Kecerdasa tubuh / gerak tubuh ( body/ kinesthetic intelligence)
e. Kecerdasan musikal / ritmik
f. Kecerdasan interpersonal
g. Kecerdasan intrapersonal
h. Kecerdasan nuturalis
i. Kecerdasan spiritual
j. Kecerdasa eksistensial
3. Kriteria keabsahan Munculnya teori Kecerdasan
a. Memiliki biologis
b. Bersifat universal bagi spesies manusia
c. Nilai budaya suatu keterampilan
d. Memiliki basis neurologi
e. Dapat dinyatakan dalam bentuk simbol.


4. Strategi Dasar Pembelajaran kecerdasan ganda
a. Awakening intelligence (activating the senses and turning on the brain). Menbangunan/ memicu kecerdasan, yaitu upaya untuk mengaktifkan indera dan menghidupkan kerja otak.
b. Amplifying intellingence ( Exercise & strengthening awakened capacities). Memperkuat kecerdasan, yaitu dengan cara memberikan latihan dan memperkuat kemampuan membangunkan kecerdasan.
c. Teaching for/with intelligence (structuring leasons for multiple intelligence). Mengajar dengan / untuk kecerdasan yaitu, upaya-upaya mengembangkan struktur pelajaran yang mengacu pada pengunaan kecerdasan ganda.
d. Transferring intelligences ( Multiple ways of knowing beyond the classroom). Mentrasfer kecerdasan yaitu, usaha untunk memanfaatkan bagaimana cara yang telah dilatihkan dikelas untuk memahami realitas di luar kelas atau pada lingkugan nyata.
Di dalam bukunya yang berjudul “seven ways of knowing teaching for multiple intelligence” lazear secara lengkap menjelaskan cara pengolahan masing-masing kecerdasan dengan urutan pada setrategi dasar diatas , lengakap dengan tujuan dan proses, teori dan penjelasan bagian otak yang berkaitan dengan kerja kecerdasan masing-masing.

etika

this is my family

rpp matematika

Matematika


A. STANDAR KOMPETENSI
IV. Matematika
3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

B. KOMPETENSI DASAR
Matematika : 3.1 Mengenal pecahan sederhana

C. INDIKATOR
Matematika :  Membuktikan pecahan-pecahan setengah, seperempat
 Membuktikan pecahan-pecahan sepertiga, seperenam
 Menulis lambang pecahan setengah, seperempat
 Menulis lambang pecahan sepertiga, seperenam
 Membaca bilangan pecahan setengah, seperempat
 Membaca lambang pecahan sepertiga, seperenam
 Menyajikan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai bentuk gambar

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Matematika :  Siswa dapat membuktikan pecahan 1/2, 1/4
 Siswa dapt membuktikan pecahan 1/3, 1/6
 Siswa dapat menulis lambang pecahan 1/2, 1/4
 Siswa dapat membilang pecahan dengan lambang 1/2. 1/4
 Siswa dapat menulis lambang pecahan 1/3, 1/6
 Siswa dapat membaca lambang pecahan 1/3, 1/6
 Siswa dapat menyajikan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai bentuk gambar

II. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Awal
• Mengisi daftar kelas, berdo’a , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
• Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat.
• Mengajukan beberapa pertanyaan materi minggu yang lalu
B. Kegiatan Inti
Minggu I :
 Pertemuan I : 6 x 35 menit ( IPA, PKn, Matematika)
Matematika
• Siswa dapat membuktikan pecahan 1/2, 1/4
• Siswa dapat membuktikab pecahan 1/3, 1/6

 Pertemuan II : 6 x 35 menit (B. Indonesia, IPS, Matematika)
Matematika
• Guru memberi contoh cara menulis lambang pecahan 1/2, 1/4
• Guru bersama siswa membaca lambang pecahan 1/2, 1/4
Pertemuan III : 6 x 35 menit (B. Indonesia, Matematika, IPA)
Matematika
• Guru memberi contoh menulis lambang pecahan 1/3, 1/6
• Guru bersama siswa membaca lambang pecahan 1/3, 1/6


Minggu II
 Pertemuan pertama : 6 x 35 menit (IPA, PKn, Matematika)
Matematika
• Guru memberikan contoh tentang menentukan nilai pecahan melalui gambar
• Siswa menentukan nilai pecahan melalui gambar

 Pertemuan kedua : 6 x 35 menit (B. Indonesia, IPS, Matematika)
Matematika
• Guru memberikan contoh tentang cara menentukan pecahan melalui gambar
• Siswa menentukan nilai pecahan melalui gambar

 Pertemuan III : 6 x 35 menit (B. Indonesia, Matematika, IPA)
Matematika
• Guru memberikan gambar-gambar yang sudah ada nilai pecahannya
• Siswa disuruh mewarnai gambar tersebut sesuai dengan nilai pecahannya
Minggu III
 Pertemuan pertama : 6 x 35 menit (IPA, PKn, Matematika)
Matematika
• Guru memebrikan gambar-gambar tersebut sesuai dengan pecahannya
• Siswa diminta mewarnai gambar tersebut sesuai dengan nilai pecahannya

 Pertemuan II : 6 x 36 menit (B. Indonesia, IPS, Matematika)
Matematika
• Siswa membuat gambar sesuai dengan nilai pecahannya

 Pertemuan III : 6 x 35 menit (B. Indonesia, Matematika, IPA)
Matematika
• Guru memberikan gambar-gambar sudah ada nilai pecahannya
• Siswa diminta mewarnai gambar tersebut sesuai nilai pecahannya
• Siswa membuat gambar sesuai dengan nilai pecahannya
C. Kegiatan Akhir
1. Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan
2. Siswa mengajukan pertanyaan sekitar materi yang belum dipahami, guru menjawabnya
3. Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
4. Guru memeriksa dan membahas pekerjaan siswa
5. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan

III. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
A. Sumber Belajar :
3. Buku Matematika
6. Ensiklopedia
10. Media elektronik


IV. PENILAIAN
1. Teknik Tes
Tes dan non tes
2. Bentuk Tes
Lisan :
1. Keberanian menjawab dan menyampaikan pendapat
2. Ketepatan menjawab
3. Keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak pertanyaan
Tertulis :
1. Isian
2. Pilihan Ganda
3. Uraian
4. Tes perbuatan
3. Instrumen Tes
1. LKS
2. Lembar observasi

V. MATERI POKOK
4. Matematika
 Pecahan
 Bangun datar
 Sudur
 Persegi dan persegi panjang

VI. METODE PEMBELAJARAN
1. Informasi
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
4. Demonstrasi
5. Pemberian Tugas